Dahulu.... saat diawal awal balek ke kampus... hendak melanjutkan bimbingan dan menyelesaikan tugas akhir... sering menyendiri dan mencari ketenangan disini... tepatny di Lantai 2... ya dengan alasan yang barangkali tak jauh berbeda... yaitu ingin sendiri sahaja... jauh dari keramaian pun dari orang-orang terdekat yang kita kenal... karena malu dan segan juga jika bertemu dengan mereka yang senantiasa bertanya padahal disisi lain kita masih berjuang keras untuk bisa sekadar menjawab dan memberi respone mereka...
Menikmati kecamuk dan galaunya serta khouf (rasa takut/cemas) wa raja' (rasa harap) kepada-Nya berdua sahaja... Dan tak mau dengan yang lain... Menulis apa sahaja yang ada dikepala pun sekadar menikmati terpaan angin sejuknya... Menepi dari hiruk pikuk dunia yang terus berlalu begitu cepatnya. Melepas lelah akan tekanan dan rencana yang selalu berantakan... Menata kembali hal hal baik yang mungkin tu' diikhtiarkan kembali
Berharap akan semua kegalauan dan keberputus asaan yang dihadapi itu menjadi penggugur dosa dan maksiat... khilaf dan salah yang selama ini t'lah mensifati diri...
Mencoba tu memahami makna yang tersurat pun tersirat dari ayat demi ayat yang dahulu pernah ditemui dan dipelajari... mengkonfirmasi kebenaran yang ada pada nya dengan realita yang ada dan sedang dirasa...
Sejatinya setiap jiwa itu sedang diuji... dengan titipan berontaknya nafsu dari dalam diri. Dan setiap diri sedang berjuang menyelesaikan amanah ini.
Bang Hakim! Kadang naluri (nafsu natiqah~ jiwa yang berkata-kata) itu sudah sering memberi isyarat & berjuang untuk hendak tunduk taat kepada Nya. Namun ketidakberdayaa akan nafsu yang dititipi menjadikan diri senantiasa mengingkari... lalu menyesali lagi semua yang telah terjadi... Lagi... dan Lagi... seolah nga ada kapok nya... Hingga kadang... sesekali kita dapati kemenangan dari perseteruan ini... tatkala signal dari naluri itu dapat diikuti sebagaimana yang kita kehendaki dan Allah ﷻ jua redhoi... Sungguh terasa bahagia sekali...
Benar... Pun didalam Qalam Nya... Allah ﷻ pernah memberi isyarat ini:
وَلَاۤ اُقْسِمُ بِا لنَّفْسِ اللَّوَّا مَةِ
"dan Aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 2)
Maka tatkala khilaf dan salah itu tak dapat dihindari... Sejatinya setiap pribadi sedang berproses menemukan dan mengenali diri (akan kelemahan... ketidak berdayaan... dan kebutuhan menaruh harapan akan pertolongan)... Menekan sifat angkuh dan kesombongan diri dari kuasa dan daya (yang sebetulnya bukan kita yang punya).
Sebegitu angkuhnya kah ya Bang? Demikianlah... bahkan dilanjutan ayatnya akan kita dapati. Allah ﷻ berfirman:
بَلْ يُرِيْدُ الْاِ نْسَا نُ لِيَفْجُرَ اَمَا مَهٗ
"Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus-menerus."(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 5)
Sungguh berat bukan? Dimana... manisnya redaksi ini jua dapat kita nikmati dari pemaknaan Qs. Al Fatihah ayat 5 yang sering kita baca saat tepat berdiri dihadapan-Nya. Allah ﷻ berfirman:
اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."(QS. Al-Fatihah 1: Ayat 5)
Disini akan kita dapati... ungkapan jiwa yang terlanjur tunduk pada nafsunya itu... seolah berkata:
Yaa Rabb ﷻ sungguh aku menghendaki sebaik-baik penghambaan ('ubudiyah) dihadapan-Mu dan sungguh hanya kepada Engkaulah kami menyembah. Namun ketidakberdayaanku berupa sifat dhoif (lemah) yang mensifatiku akan nafsu yang Engkau titipi padaku... Sungguh Menghendaki~berharap kekuatan dan pertolongan dari-Mu. Tiada daya bagiku untuk menunaikan ini semua... kecuali atas pertolongan-Mu
Bahkan akan itu semua... Allah ﷻ yang Maha Latif menyapa memberi salam bermaksud menghibur kita hamba Nya... Haru terasa... saat diri ini disapa dengan lembutnya:
قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
"Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah ﷻ. Sesungguhnya Allah ﷻ mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."(QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)
Sungguh begitu romantis bukan?... Rabb ﷻ yang Maha Lembut menyapa kita dengan sapaan yang begitu Indah penuh kasih " یعبا دی (wahai Hamba-Ku)" .... dst
Sungguh menakjubkan sekali... Hingga tangis itupun tak sanggup lagi untuk dibendung... seolah sapaan tadi telah mengisi semua ruang didada sesak akan haru nya... (Bersambung ان شاء اللہ di sajadah berikutnya~ pulang dulu... Baterai lowbat)
Dan pada puncaknya... dari renungan yang dalam... diilhami dengan intuisi... akan didapati kehalusan jiwa... sensitifitas hati dari setiap perkara yang dihadapi tu menemukan ke Maha Lembutan (Lathif-Nya) Tuhan yang membuat Skenario ini.
Dahulu... saat Abang drop... Ayah pernah memukul Abang sm potongan ayat Qs. Surah Ar Rad ayat 11 ini
انا الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم
Cukup keras memang... Tapi memang mesti segera kita insafi
[sebuah khat kaligrafi di dinding depan masjid Al Hijrah LPMP]
Mintalah dengan kesungguhan agar Allah ﷻ beri kemantapan hati dalam menghadapinya... Abstrak sekali memang soalan rasa ini... hingga nanti akan kita dapati makna Hauqallah itu begitu manisnya
Renungkanlah... mungkin sesekali kita jua perlu sering sering menangis sekadar tu' melembutkannya
Hingga kita dapati manisnya derai air mata itu dihadapan ilahi... Menjernihkan kebenaran iman didada akan Adab yang menghiasi diri... Adab kepada Nya pun Adab kepada sesama Hamba... #iradah
Komentar
Posting Komentar