0117. Cinta itu hadir dari sejauh mana kita Tahu dan Mengenali sesuatu yang kita Cintai tersebut

بسم الله الرحمن الرحیم

Beberapa waktu lalu suddenly...ada yang menghubungi... rupanya Adik yang pernah satu forum di Kampus...

 [2/2 20:45] : Assalamu'alaikum bg

[2/2 20:46] .: وعلیکم السلام ورحمة الله وبرکاته یا Yola

[2/2 20:48]: Yola mau nanya bg, ada rekomendasi buku yg bagus utk dibaca ngga bg

Bismillah...

Sebelumnya mohon maaf juga Abang baru sempat menanggapi chatnya Yola. Karena ketika itupun udah mau jamal*    juga...

Thayyib... 

Sebetulnya ketika pertanyaan ini sampai ke Abang. Sungguh tidak terduga juga sebelumnya pertanyaan ini Abang terima dari Yola dan itupun diutarakan ke Abang. Tetapi beberapa waktu sebelumnya ada hal yang menarik mengenai ini yang sempat Abang rasakan. Ketika itu beberapa tahun lalu Abang baru saja menikmati sebuah buku yang berjudul "Membaca kisah mengungkap hikmah : teladan para Nabi"  (Karangan Amru Khalid ; penerjemah, Tim Embun Publishing ; editor, Subhan dan judul aslinya Qira'ah Jadidah wa Ru'yah fi Qishash al-Anbiya'). 

Buku ini berisi tentang kisah Nabiyullah yang disediakan 3 jilid dalam terbitannya. Dan ketika itu baru menikmati jilid ke-2 dari buku ini. Karena kabarnya buku ini dibawa Ayah dari Kantor Walinagari saat Ayah berkunjung kesana dan tidak satu paket, hanya jilid 2 ini saja yang kebawa ketika itu. Tapi cukup bersyukur juga ketika itu karena sudah dapat memperoleh begitu banyak ilmu dan hikmah didalamnya.

Namun yang cukup berkesan ketika itu ialah begitu jelas dan terang hikmah dan teladan yang Allah ﷻ titipkan dari kisah Nabi Ibrahim a.s yang Alhamdulillah sempat kita rasakan dan nikmati ketika itu. Bukan hanya tentang Tauhid, Tetapi juga akan kita temui bagaimana juga sosok teladan yang beliau berikan sebagai seorang Ayah bagi Para Nabi dan Seorang suami bagi kedua Istrinya. 

Dan yang lebih berkesan lagi ialah disana akan kita sadari bahwa dari kisah beliaulah alasan-alasan orang menunaikan Haji dan Umrah itu bermula. Selain melakukan "wukuf dipadang Arafah" yang mana pada rukun Haji kita temui bahwa ini didasari dari pertemuan Manusia pertama yang Allah ﷻ ciptakan dan diturunkan ke bumi. 

Beliau adalah Nabi Adam a.s dan pasangannya Sayyidah Siti Hawa, dimana dari sejarah kita dapati bahwa keduanya Allah ﷻ pertemukan di padang Arafah setelah sekian lama keduanya terpisah sejak Allah ﷻ turunkan ke bumi. Selain dari rukun Wukuf ini, maka hampir semua rukun Haji yang kita tunaikan itu merujuk pada kisah Nabi Ibrahim a.s. 

Belum lagi ketika itu selesai menikmati semua lembaran dari bukunya. Didalam fikiran ini Alhamdulillah... Allah ﷻ izinkan kita untuk berfikir sejauh itu. Semenjak itulah menyadari bahwa kita harus menikmati lebih jauh lagi kisah beliau dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. 

Kenapa ini perlu untuk kita nikmati lebih awal? Karena didalam beribadah, selain kita perlu tahu akan syari'atnya (tuntunannya) maka adalah lebih baik dan lebih nikmat lagi jika kita tahu dan pernah menikmati hikmah yang terkandung didalam ibadah tersebut. Dan kenikmatan inilah yang biasanya mengantarkan kita pada yang namanya "Khusyuk". Sebagaimana didalam Qalam-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخٰشِعِينَ

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,"

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُّلٰقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ

"(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 45- 46)

Ketika kita menyadari dan mengetahui seutuhnya hakikat ibadah yang kita laksanakan tersebut maka disanalah kenikmatan itu hadir dan semoga Allah ﷻ redho untuk kekhusyukan itu juga dapat kita nikmati. Allahumma Aamiin. Begitu juga halnya ketika kita menunaikan Ibadah-ibadah yang lainnya. 

Selang beberapa waktu setelah menyadari dan menikmati berbagai hikmah terkait Kisah Nabi Ibrahim a.s dari buku ini, ada rasa yang Allah hadirkan didalam qolbu ini untuk membaca dan menelusuri lebih jauh... isyarat untuk mempersiapkan bekal terkait dengan pelaksanaan Ibadah Haji. Spontan ketika itu jemari ini tergerak untuk menelusuri dan mencari dari berbagai sumber terkait dengan Ibadah Haji, hingga ketika itu bertemu link E-Book Pedoman Panduan Manasik Haji dari Kemenang RI. 

Sembari mempelajari kembali rukun-rukun dan amalan-amalan sunnah serta do'a-do'a didalamnya, rupanya masih banyak lagi yang perlu kita tahu terkait persiapannya, mulai dari administrasi hingga bagaimana sistem keberangkatan dan penginapan disana. Dan dengannnya kita juga berharap melalui salah satu ikhtiar ini menjadi jalan dan alasan dari Allah ﷻ agar menghendaki bagi kita jalan menuju Baitullah  ke Makkah Al-Mukarromah dan Madinah Al-Munawwarah kelak. Allumma Aamiin. 

Di waktu yang tidak jauh berselang ketika itu Allah izinkan juga kami untuk memandangi Nur dari salah seorang Hamba-Nya yang begitu dekat hatinya dengan Baitullah. Dia seorang akhwat yang cukup berpengaruh di forum, bahkan kabarnya dia juga pernah diamanahkan untuk berkontribusi besar di Kerohanian kampus ketika itu. 

Awal mula kami mengenalinya diforum Fakultas, walau sudah dari tahun awal hingga sekarang tak tahu orangnya.. tapi Alhamdulillah barangkali karena begitu besar kerinduan dan ketulusan hatinya...sehinga menembus jiwa ini bahkan Allah ﷻ izinkan kami untuk menikmati Nur begitu indah itu terpancar darinya, akan Hubb (rasa cinta) dengan Mahabbah yang begitu besar kepada Rabbnya. Sehingga Nur itu begitu berkilau menyilaukan pandangan ini dan sempat  kami nikmati dari bahasanya. Dan terakhir, ketika itu dia sempat mengabari dan mengungkapkan bahasa itu dari buku ini...


Dan ketika itulah 'adzam itu semakin kuat dan kami memohon kepada-Nya agar dapat menikmati hikmah-hikmah ini hingga kelak Allah redhoi untuk memenuhi panggilannya dan menyeru bersama hamba-hamba-Nya yang utama dan dikasihi untuk sama-sama mengucapkan Lafadz Talbiyah.  Sebagaimana dahulu yang pernah dilafalkan oleh Rasulullah dan para sahabat:

   لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ   

Labbaykallahumma labbayk, labbayka la syarika laka labbayk. Innal hamda wan ni‘mata laka wal mulk. La syarika lak.   

Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”

Sebuah ungkapan cinta yang begitu sempurna...

Disisi lain dengan nada dan ritme yang tidak jauh berbeda, demikian jugalah kiranya dengan kecintaan kita kepada Rasulullah ﷺ. Selain dengan memperbanyak bershalawat kepadanya ada yang lebih penting lagi untuk dapat menyempurnakan kecintaan tersebut. Apa itu? Jawabannya ialah sejauh mana kita tahu dan mengenali Baginda Rasulullah ﷺ. Karena biasanya dengan keterbasan dan jarak yang cukup jauh  dari masa yang telah memisahkan kita dengan beliau sehingga keawwaman itu tidak bisa kita elakkan. Sehingga menyadari akan hal ini, kita harus sedikit berusaha-ikhtiar untuk dapat menikmatinya. 

Maka dari sini dan inilah alasan kenapa kita harus banyak membaca dan mempelajari Sirah beliau. Karena kenikmatan cinta itu hadir dari sejauh mana kita tahu dan mengenali sesuatu yang kita cintai itu. Melalui sirah inilah kita dapat mengenali keindahan bahasa, kehalusan tutur kata, ketinggian adab-teladan dari Al-Qur'an yang menghiasinya. Melalui sirah ini jugalah kita dapat melihat bagaimana cerminan Al-Qur'an itu menyempurnakan kemuliaan beliau akannya. Sehingga tidak mustahil kita temui sebuah ungkapan yang masyhur lagi indah dari Istri beliau, ketika Ibunda Aisyah radhiyallahu`anhā ditanya mengenai akhlak Rasulullah shallallāhu `alaihi wa sallam, beliau menjawab: “Akhlak Rasulullah adalah Al Quran” (HR Ahmad).

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ) رواه أحمد)

Ini berarti kehidupan Rasulullah merupakan manifestasi real Al Quran. Maka tidak berlebihan jika dikatakan –sebagaimana ungkapan dari hadist di atas-, bahwa akhlak beliau adalah, ‘Al Quran berjalan’.  

Beberapa waktu lalu ada sebuah tagar dari akun Instagram yang biasa kita ikuti...Content Akun ini berisi tentang syair dan sholawat untuk Baginda Rasulullah ﷺ. Bahasanya sederhana tetapi begitu syarat akan makna...kurang lebih bahasanya begini... #MariMembacaMariMencinta. 

Sederhana bukan? Tetapi dengan Empat kata itu sudah cukup mewakili inti sari dari paragraf yang panjang lebar kita sampaikan diatas. 

Barangkali demikian pandangan yang dapat Abang paparkan menaggapi chat beberapa waktu lalu yang sempat Yola kirimkan. Dan mohon maaf juga baru sempat menanggapinya sekarang...Karena jika dibahaskan di chat akan sangat memakan waktu lama untuk mengetiknya. Dan tidak mustahil juga akan timbul rasa bosan dan jenuh dari Yola untuk menunggu Abang mengetik dan menjelaskan sepanjang ini... Tapi mudah-mudahan jawaban ini jauh lebih sempurna diblog ini ketimbang di chat...Semoga bermanfaat....Dan dapat meningkatkan Hubb (Kecintaan ) kita kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Serta membuat amalan-amalan ibadah kita lebih kyusuk dan sempurna dengan menyadari konsep ini...#MariMembacaMariMencinta


#'Alal_Birri....^^Wattaqwa

#FastabiqulKhairot

#UnlimitedSpiritOnDakwah

#BersamamuDalamKebaikan









---------------(O)--------------

Memo Spesial untuk Penanya:

📬📩Sebelumnya Abangpun sangat berterima kasih sekali atas pertanyaannya... Karena tanpa Abang sadari ketika mencoba mencari dan menyempurnakan jawaban dari Adik Yola... Barusan ketika mencari buku yang Abang bahaskan tadi... Qadarullah... dan atas redhonya Abang menemui Jilid 1 & Jilid 3 nya...walau hanya berupa link E-Booknya tapi ini sudah sangat bersyukur sekali..^^.. Jazakillah Khairan juga ya Yola...:)


------------------------
*Istilah ini biasanya mengisyaratkan bahwa limit waktu sudah hampir habis terkait dengan etika komunikasi antara ikhwan dan akhwat di forum, yang merupakan akronim dari Jam Malam. Di forum terkait adab ini begitu kental dan dijaga sekali untuk meminimalisir kemungkinan fitnah  yang dikhwatirkan oleh para murabbi dan senior bagi kader dakwah.


 

Komentar