الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللُّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِخ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ. إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (الممتحنة: 8-9)
Berbicara mengenai toleransi umat beragama terkadang sebahagian kita masih begitu awwam dalam memahami istilah ini. Tidak sedikit dari kita yang hanya bersandar pada rasa empaty sahaja dimana mencoba mengemasnya dengan alasan toleransi/ saling menghargai antar sesama.
Tidak diragukan lagi bahwa Islam sangat menganjurkan sikap toleransi, tolong-menolong, hidup yang harmonis dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka. Ayat (Q.S. al-Mumtahanah: 8-9) di atas menjadi bukti nyata akan hal itu. Allah SWT berfirman
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama dan mengusirmu dari kampung halamanmu, serta membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(Q.S. al-Mumtahanah: 8-9)
” Imam al-Syaukani menjelaskan bahwa ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada kafir dhimmi yaitu orang-orang non Muslim yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari perperangan dan tidak membantu non-Muslim lainnya dalam memerangi umat Islam.
Di samping itu, ayat di atas juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang kita untuk bersikap adil dalam bermuamalah dengan mereka. Hal senada juga diungkapkan oleh Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya, bahwa Allah tidak melarang umatnya untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi mereka dalam masalah agama, seperti berbuat baik dalam persoalan perempuan dan orang lemah.
Berdasarkan hal itu, Ali Mustafa Yaqub dalam sebuah bukunya menegaskan bahwa ayat ini merupakan dalil yang mewajibkan umat Islam untuk berbuat baik kepada non Muslim, selama mereka tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka.
Bahkan Nabi Muhammad SAW mengancam umat Islam yang memerangi non Muslim yang seperti ini dengan peringatan keras dan tegas untuk tidak memasukkan mereka ke dalam sorga. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda:
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Barangsiapa yang membunuh non-Muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam, maka ia tidak akan mencium keharuman sorga. Sesungguhnya keharuman sorga itu bisa dicium dari jarak 40 tahun perjalanan di dunia.” (H.R. Bukhari)
Dalam catatan sejarah diceritakan juga bagaimana santunnya Nabi ketika bergaul dengan orang-orang Yahudi dan kaum munafik ketika berada di Kota Madinah pascahijrah. Rasulullah tetap menerima sikap lahiriah mereka dan membiarkan para ahli kitab untuk memeluk agamanya dengan bebas. Bahkan beliau melarang para sahabatnya untuk memerangi dan menyakiti mereka. Banyak hadis-hadis sahih yang menjelaskan sikap toleransi yang dipegang teguh oleh Nabi ketika berinteraksi dengan orang-orang non Muslim di sekitarnya. Misalnya saja kisah Nabi yang pernah menggadaikan baju perangnya kepada Abu Syahm, seorang Yahudi. Begitu pula dengan sikap beliau dalam bergaul dengan sebagian tamu-tamu perempuan Yahudi serta keramahan beliau ketika menyambut orang-orang Nasrani Najran di Masjid Nabawi sebagaimana tersebut dalam riwayat Ibn Ishak dan Ibn Sa’ad.
Namun Ali Mustafa menegaskan bahwa sikap toleransi yang dimaksud di sini hanyalah dalam masalah keduniaan yang tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah. Adapun toleransi dalam masalah-masalah ini, yang menyebabkan seorang Muslim melaksanakan sebagian dari ritual non Muslim seperti Yahudi, Kristen, dan orang-orang musyrik lainnya, baik dalam perkataan, perbuatan, dan akidah adalah terlarang. Kendati demikian, sebagian ulama kontemporer ada yang membolehkan hal-hal seperti mengucapkan selamat hari raya kepada non Muslim selama sang Muslim yang bersangkutan tidak meyakini kebenaran dari ajaran agama mereka. Wallahu a'lam entah demikian juga yang terjadi sebelumnya di salah satu negara muslim di Rusia ini.
Ini adalah kondisi peringatan akhir tahun di Chechnya....untuk kita ketahui sebetulnya rata-rata penduduknya muslim semua. Bahkan dengan populasi muslim yang cukup berpengaruh di Rusia (Uni Soviet/ Komunis terbesar dunia). Melihat kondisi ini beberapa waktu lalu Ayah pun pernah membawakannya dalam khutbah Jum'atnya di mesjid Raya Baitunnaim di Kampung. Ayah menyampaikan bahwa Umat Yahudi dan Nasrani (Non-Muslim) berterima kasih kepada kita umat Islam karena telah lebih dahulu membantu mempersiapkan, melaksanakan, memeriahkan, serta mengorbankan materialnya untuk perayaan mereka.
Baik sekarang mari kita renungkan sejenak dan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Saat peringatan tahun baru Masehi tiba, siapa yang lebih sibuk mempersiapkan atribut-properti dan segala hal yang diperlukan untuk menyambutnya? yang membuat dan menjual terompet orang Islam, yang membeli & meniupnya juga kita orang Islam, yang membuat & menjual petasan dan kembang api orang Islam, yang membeli dan membakarnya juga orang Islam bukan? Dengan uang kita dan uang kita juga yang kita bakar bukan? Lalu apakah disana kita lihat orang-orang Non Muslim hadir bersama kita saat terompet, petasan dan kembang api itu mewarnai dan memeriahkan peringatan tahun baru tersebut?
Bukankah jawabannya.... kebanyakan dari kita yang berhijab dan teman-teman muslim/ah lah yang mendominasi perayaan itu. Bahkan orang-orang Non-Muslim malahan hanya duduk-santai dirumah menikmati istirahatnya dan menyaksikan di Media Elektronik betapa meriahnya perayaan peringatan tahun baru mereka? sembari berterima kasih kepada kita umat Islam yang telah rela berkorban waktu, tenaga hingga begadang semalaman + rela mengorbankan uang demi terselenggaranya peringatan tahun baru mereka. Konyol bukan?
Di satu sisi kita mungkin berkhayal bahwa ini adalah salah satu ajang hiburan samata, atau sebagai ekspresi toleransi dalam beragama, atau ikut-ikutan saja karena bersandar akan keawwaman diri terhadap persoalan ini. Padahal disisi lain yang lebih terang, jelas-jelas dan terang-terangan kita telah lancangnya mempersaksikan diri kita kepada Allah dan dihadapan para malaikat-Nya serta kaum mukminin bahwasannnya kita telah mengikuti millah ( agama mereka Non-Muslim). Naudzubillah Tsumma naudzubillah min dzalik..(kita sama-sama berlindung kepada Allah dari yang demikian). Dalam qalam-Nya Allah berfirman
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Artinya: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS al-Baqarah [2]: 120; teks terjemahan versi Kemenag)
Sedangkan jauh-jauh hari sebelumnya kita juga sudah diperingatkan oleh Rasulullah mengenai hal ini.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Daud, hasan)
Sungguhpun konsep toleransi dalam Islam berbeda dengan paham pluralisme yang digembar-gemborkan oleh sebagian pemikir Muslim belakangan. Mereka menganggap bahwa semua ajaran agama bermuara kepada tujuan dan maksud yang sama, bahkan mereka menganggap benar semua agama-agama yang ada dan pemeluknya akan masuk surga bersama-sama dengan umat Islam kelak. Padahal sebenarnya tidak demikian, kita harus jeli dalam memahami persoalan ini. Memang benar Islam mengakui adanya pluralitas agama dengan dalil firman Allah SWT dalam surat al-Kafirun ayat ke-6 yang berbunyi:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”.
Ayat ini turun ketika sekelompok kafir Quraisy datang menghadap Nabi SAW, lalu mengajak Nabi untuk menyembah tuhan mereka selama satu tahun dan mereka pun akan menyembah sesembahan Nabi yaitu Allah SWT juga dalam waktu satu tahun. Lalu Allah menurunkan ayat ini, sebagai penegasan bahwa Islam tidak mengakui kebenaran ajaran agama-agama selain ajaran Islam sendiri, walaupun Islam mengakui keberadaan agama-agama tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan di sini bahwa pengakuan Islam terhadap keberadaan agama lain telah ada semenjak masa Nabi Muhammad SAW sampai saat sekarang. Namun yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Islam tidak pernah mengakui kebenaran agama lain. Andaikata Islam mengakui kebenaran agama lain dan para pemeluknya akan masuk sorga bersama umat Islam, maka pelaksanaan dakwah kepada umat manusia tidak diperlukan lagi, karena mereka kelak akan masuk sorga bersama umat Islam.
Padahal Nabi pada masa hidupnya senantiasa mendakwahkan Islam kepada setiap orang-orang musyrik yang berada di sekitar beliau, baik dari kalangan raja-raja, bangsawan, rakyat jelata, dan pemimpin-pemimpin non Muslim yang ada pada saat itu. Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadis riwayat Muslim:
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّار
Demi Allah yang menguasai jiwaku, tidak seorang pun yang mendengar diriku dari umat ini, baik Yahudi maupun Nasrani kemudian ia mati tanpa beriman kepada risalah yang kubawa melainkan ia menjadi penghuni neraka. (H.R. Muslim)
Dengan demikian, letak perbedaan antara toleransi dengan paham pluralisme agama dalam Islam sangat jelas. Islam mengakui dan sangat menganjurkan toleransi antar umat beragama. Namun sebaliknya Islam sangat menentang keras ajaran pluralisme yang membawa kepada keyakinan bahwa semua agama adalah benar. Karena satu-satunya agama di sisi Allah itu hanyalah Islam semata. (Ali ‘Imran: 19).
Dan perlu kita tegaskan kembali bahwa Allah ﷻ hanya redho dengan Islam...sebagaimana kita temui didalam Qalamullah...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِۦ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلٰمِ ۚ ذٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 3)
Disisi lain kita akan belajar bagaimana toleransi dalam islam ini Allah sempurnakan juga pada permisalan qodrat dari tabi"at -sifat alam yang digambarkan dalam qalam-Nya Surah Ar-Rahman ayat 19-20 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
"Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,"
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ
"di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 19-20)
Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman:
وَهُوَ الَّذِى مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَّحْجُورًا
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 53)
Saat di Kampus...katanya Prof. Minda ketika kita dihadapkan dengan fenomena seperti ini. Biasanya Prof menyuruh kita untuk meng iqra' ayat ini...Ananda ngak boleh malas membaca.^^.Silahkan iqra' ya Ananda.(sebagai seorang saintist mestilah kita sering-sering meng iqra' kejadian alam dari ayat2 qouniyah Nya...Sehingga semoga Allah ﷻ redhoi untuk menambah keimana kita atas kebesaranNya.
Setelah diteliti oleh para ilmuan bagaimana sifat alam yang Allah titipkan pada dua makhluknya berupa dua laut yang padanya saling berbaur tetapi tidak sedikitpun padanya menghendaki untuk melampaui barzakh (bidang batas) sebagaimana perbedaan yang Allah titipkan kepada keduanya. Begitu jugalah kiranya tatkala kita menjalani kehidupan berbaur dengan orang Non-Muslim sebagai implementsi muamalah antar sesama insan sebagaimana yang telah Rasulullah contohkan dan kita bahas sebelumnya.
Apakah dalam islam kita dilarang untuk berbaur dengan mereka dimana dalam hal ini untuk bermuamalah dan menjaga kerukunan umat beragama? Bahkan sangat dianjurkan bukan? Sekiranya laut yang asin itu adalah Non-Muslim dan laut yang satunya lagi (rasanya tawar) adalah Muslim. Maka kita akan menemui pada masing masingnya perbedaan yang sangat jelas dari segi sifat dan rasa keduanya sebagaimana Allah juga telah menegaskannya didalam qalam-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا يَسْتَوِى الْبَحْرَانِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَآئِغٌ شَرَابُهُۥ وَهٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing lautan) itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur."
(QS. Fatir 35: Ayat 12)
Dilihat dari sudut pandang ekologi maka akan kita temui pada keduanya berlansung kehidupan di dua ekosistem yang berbeda. Hewan, tumbuhan dan lainnya yang hidup dilaut serta lingkungan abiotik yang ada dididalamnya akan berinteraksi dan berjalan menyesuaikan dengan sistem ekosistem air laut didalamnya. Begitupun sebaliknya dengan hewan dan tumbuhan yang ada di air tawar akan menyesuaikan dengan ekosistem air tawar. Dan tatkala kedua Allah pertemukan sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِى مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَّحْجُورًا
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 53)
Kedua Ekosistem ini bertemu, namun sungguh menakjubkan keduanya berjalan dengan sistem ekologi masing-masing. Dan dari keduanya saling menjaga dan menghormati fitrah dan qodratnya masing-masing. Demikianlah alam mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita memaknai makna toleransi yang sesungguhnya..
Kemudian sebagaimana yang kita temui di Laboratorium ketika Larutan itu dihasilkan dari dua komponen berupa Reaktan dan Pelarut. Maka dari komposisi ini jangan sampai Power kita umat Islam yang Mayoritas ini berasa Minoritas di Negeri sendiri... seperti Dominasi Pelarut yang begitu banyak dengan mudahnya tak dianggap hanya karena secuil reaktan yang dilarutkannya (ditoleransinya...أَسْتَغْفِرُ اللّٰه). Sungguh begitu sayangnya tatkala kita menyaksikan segelas air susu murni yang terkontaminasi oleh hanya setetes minyak tanah membuat pengorbanan ibu domba/ sapi menjadi tak berarti... belum lagi keringat pengembala yang sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun keluar mengguyur badannya membasahi baju kemudian belum lagi mereka sempat beristirahat sejenak, keriingat itupun sudah dikristalkan kembali menjadi Sodium Cloride (s) oleh teriknya sengatan sang Surya...Yaa Rabb ﷻ rahmatilah dan sayangilah mereka atas semua pengorbanannya....
اللهم آمین
Dahulu memperingati akan kekhawatiran kondisi ini... Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring (sedangkan mereka dalam keadaan sangat lapar)”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian (hanya) seperti sampah yang dibawa oleh air hujan (dalam redaksi lain ditemukan- tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan.). Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (Shohih, HR. Ahmad dan Abu Daud)
Naudzubillah tsumma naudubillah min dzalik.
#MuslimChemist
#AlamTakambangJadiGuru
#UnlimitedSpiritOnDakwah
Komentar
Posting Komentar