0074. Tentang Kita yang Menyerap Kesedihan, Kesepian atau Depresi Imajiner dari Media Sosial

Bismillah...


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ

Sesungguhnya segala Puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kita sendiri dan dari kejahatan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak seorangpun dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang dikehendaki untuk Allah sesatkan maka tiada baginya hidayah...Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya. Amma ba'du

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat akal sehingga mampu menghadapi setiap problema hidup dan kehidupan yang kita jalani hingga saat ini. Dengannya juga kita dapat memetik banyak hikmah, ibrah, bahkan mangamati dan mencerna Ayat-ayat qouniyah dan qouliyahNya yang sungguh begitu banyak dan bertebaran di permukaan bumi ini.Didalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ  ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا  ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 269)

Dan Rasulullah pernah juga mengisyaratkan dalam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi berikut.

Rasulullah SAW bersabda; “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.” (HR. Tirmidzi)

Berikut beberapa Hikmah yang kita temukan beberapa waktu lalu terkait dengan Kegalauan Imagine dan Pengaruhnya terhadap Keteraturan dan Focus kita... 

Fokuskan Keinginan dan Tujuanmu

Dari Habib Umar pernah kami dengarkan nasehat beliau bahwa. Pada waktu Sholat, pada waktu membaca Al- Qur'an, pada waktu Dzikir, pada waktu seperti menghadiri majlis ini. Fokuskan keinginan dan tujuanmu kepada Allah swt, jangan sampai fikiranmu tersebar keman-mana. Karena ini adalah waktu yang hanya sebentar, maka fokuslah dengan keseluruhanmu, hadirkan hatimu bersama Allah swt. Fokuskan semua keinginan dan tujuanmu hanya kepada Allah swt, diriwayatkan Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata di sebagian wasiat-wasiatnya:

"Aku wasiatkan kepadamu satu wasiat yang Allah swt akan memberikan manfaat kepadamu dengannya. Apabila kamu masuk didalam satu perkara, maka fokuslah didalamnya, jangan sampai fikiranmu kemana-mana"

Waktu yang sebentar ini kamu fokus didalamnya lebih baik dari sepuluh majlis yang hati dan fikiran (mu) tidak fokus didalamnya. Memfokuskan tujuan dan keinginan...apabila sedang sholat...fokuslah sholat, pada waktu berdiri fokuslah berdiri...waktu ruku' fokuslah ruku', waktu sujud fokuslah sujud, jangan ada memikirkan sesuatu yang lain, fokuskanlah tujuan dan keinginan dalam satu perkara. Belajar fokus di dalam satu perkara kepada Allah swt, karena ini termasuk adab seorang hamba kepada Rabb nya. 









Pesan Kak Rifda Komunitas Al-Quds Sumbar



risalah_amar Kau tidak depresi. Atau kau sudah bisa menerima. Kau baik-baik saja. Kau bahagia dan segala sesuatu siap disyukuri sebagai pemberian-Nya. Tapi, segera, saat engkau membuka media sosial, engkau menemukan ratusan, ribuan, jutaan cerita tentang kejahatan dunia ini pada entah siapa. Cerita-cerita itu dibumbui lagi dengan "bertopeng agama....", "akhi-akhi mesum...", dan ratusan istilah lainnya. Kau bawa imajinasi itu ke dalam dirimu. Kau jadi percaya, bahwa di dunia ini, tak ada kebaikan yang tersisa kecuali ikut mengutuk, ikut mencela, ikut tak percaya. 

Akhirnya, kau menjadi manusia yang hidup di alam imajinasi. Dalam imajinasimu itu, kau menolak Allah. Kau menolak Islam. "Islam, hanyalah topeng, hanyalah ritual, hanyalah asesoris...."Sungguh, dunia ini, juga bekerja dalam algoritma. Prasangkamu pada semua orang, akan membuat mereka menampilkan sisi dirinya sesuai prasangkamu. Benarlah analogi Buya Hamka: ada orang yang ke Makkah, tetapi menemukan pelacur juga. "Tapi saya ke Amerika, tak menemukan pelacur." Mengapa? "Seseorang hanya akan menemukan apa yang ia cari..."Bahwa, segala sesuatu, kembali pada niatnya.

Dahulu saat di Wisma Al-Aqsa Scientis Muslim Camp MIPA UNP bareng akh Viki dan Ikhwah lainnya... Dia sering sekali mengungkapkan Analogi Buya Hamka di atas kepada kami. Dan berhubung cukup berkesan, entah akhi kita yang satu ini memang tulus menyampaikannya atau betul-betul diresapi dan diimplementasikan... wallahu a'lam... Namun ketika itu bagi penulis sangat begitu berkesan dengan pelafalan langsung dari ikhwan yang satu ini. Sehingga alhamdulillah sempat kami rekam pada 5 April 2021 dahulu dan masih terarsipkan dengan baik 😷😅😅


(Bersambung)

Komentar